Rabu, 02 Maret 2011

MENTELADANI KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW.



وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ (١٤٤)

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul, Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.(QS.3.144)




A.     Pengenalan.

            Lima belas abad yang silam, di tanah yang gersang dan kerontang Allah SWT mengutuskan seorang putra yang berasal dari keluarga yang sederhana, tetapi terhindar dari pengaruh budaya kemusyrikan dan kezhaliman, inilah yang disebut dalam sejarah keturunan bani Hasyim, yang nasabnya sampai ke jenjang nabi Allah Ismail AS.
            Nabi Muhammad SAW adalah putra dari Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abd.Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fahr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazar bin Ma’ad bin Adnan.(HR. Bukhari).
            Rasulullah SAW juga memiliki nama-nama lain selain Muhammad. Beliau pernah berkata, “Sesungguhnya aku ini memiliki beberapa nama, Aku Muhammad (dipuji), Aku Ahmad (amat terpuji), Aku Mahi (penghapus) yang Tuhan menghapuskan kekafiran dengan usahaku, Aku Hasyir (pengumpul) dimana dikumpulkan manusia dibelakangku dan Aku ‘Aqib (penghabisan)(HR.Bukhari).
           
            B. Nilai-nilai Maulid
           
            Mungkin perlu diingat kembali, mengapa umat Islam harus memperingati hari-hari besar agama Islam, sementara Rsulullah SAW sendiri tidak pernah memberikan sinyal sedikitpun tentang peringatan tersebut, kecuali dua hari raya, yakni Idul Fitri (1 Syawal) dan Idul Adha (10 Zulhijjah).
            Pertama sekali peringatan Maulid pada abad ke 3 Hijriah, kemudian menonjol secara besar-besaran dan akhirnya berkembang keseluruh dunia Islam semenjak abad ke 6 Hijriah atau abad 12 Masehi.  Yang mula-mula melakukan peringatan Maulid ialah : Raja Abu Sa’id al-Muzaffar, raja Arbiles Irak dan beliau ipar dari Sultan Salahuddin al-Ayubi.
            Sebagai generasi muda umat Islam, tentu tujuan dan kegunaan dari perayaan tersebut adalah:
1.      Mengetahui dan memahami Risalah Nabi Muhammad SAW
2.      Menggali rahasia-rahasia perjuangan Rasulullah SAW, yakni Akidah, Sosial dan Politik.
3.      Menteladani Kepribadian Rasulullah SAW, sebagai; anak (yatim piatu), remaja dan pemuda yang ulet/tangguh/tabah dan sebagai anggota masyarakat, sebagai orang tua yaitu suami dari isterinya dan ayah dari anak-anaknya serta sebagai pemimpin.

C. Teladan Dari Perjuangan Seorang Rasul


Seorang anak yang sudah ditinggalkan oleh sang Ayah semenjak dalam kandungan. “Dan Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu”. (QS.Ad-Duha : 6) dan belum sempat menikmati masa kanak-kanak yang lebih sempurna, beliaupun ditinggalkan oleh sang Ibu yang sangat disayangi dan dicintai, tepat pada usia beliau yang ke enam (6) tahun, dan kemudian hidup bersama seorang kakek/datuk itupun juga dalam waktu yang sangat singkat, selama dua (2) tahun dan kemudian sang kakekpun meninggalkan cucu yang disayangi dan dicintai,  pada gilirannya beliau terpaksa tinggal bersama seorang paman, yaitu Abu Thalib. Beliaulah yang merawat dan mengasuh beliau dengan penuh perhatian sampai wafatnya, yaitu tiga (3) tahun sebelum hijrah.
Meskipun perjalanan kehidupan nabi Muhammad SAW begitu memprihatinkan, ternyata di tengah kehidupan yang sangat menyedihkan tersebut, pada diri beliau ditemukan sosok kepimpinan yang berhati mulia dan memiliki moral yang baik, dan sangat berbeda dengan apa yang dirasakan masyarakat sebelumnya, bahkan yang ada dalam benak pemimpin saat itu, bagaimana menjadikan masyarakat terus terjebak ke jalan yang sesat. Penindasan dan pemerkosaan hak hidup sesama manusia yang berkepanjangan dan berterusan. Dalam waktu yang cukup lama penderitaan dan kesensaraan yang dirasakan, hukum rimba yang tidak ada batasannya, yang kuat merajalela menghancur kehidupan yang lemah lainnya, maka saat-saat yang sangat memilukan tersebut, Allah SWT mengutus seorang Rasul yang telah dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin yang sangat mengerti dengan kebutuhan dan kepentingan rakyatnya serta juga memiliki moral dan akhlak yang mulia, beliau tiada lain ialah nabi Muhammad SAW.
            Tentu tidak mengherankan umat manusia, bila nabi Muhammad SAW menyebutkan dalam sabdanya:

انما بعثت لاتمم مكارم الاخلاق : رواه احمد


“Sesungguhnya aku diutus ke dunia ini, adalah untuk merubah akhlak manusia”.(HR.Ahmad).
Disaat akhlak yang sudah hancur, prilaku manusia lebih jahat dan buruk dibandingkan dengan binatang, hal-hal yang dilarang oleh Allah tidak lagi dihiraukan, pembunuhan dan pembantaian, serta pemerkosaan hak berlaku hampir setiap saat, budaya ini sudah mendarah daging bagi mereka-mereka yang tidak memiliki perasaan kemanusiaan. Karena itu sikap dan cara yang tercermin daripada beliau dalam membangun kehidupan yang lebih baik adalah dengan cara: mendidik dan mengatasi segala persoalan yang timbul.
Cara pertama ini, beliau memberikan contoh yang sangat baik sebagai dasar utama yang patut diteladani oleh setiap manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup yang luhur. Caranya dengan menanamkan aqidah tauhid yang melahirkan dan membentuk pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia dan pejuang-pejuang tangguh membela kepentingan Islam. Aqidah tauhidnya mengalir keseluruh jiwa raganya laksana darah yang mengalir yang dengannya ia hidup dan mati.
Cara kedua, beliau mengatasi segala persoalan yang timbul, sebagaimana yang dikemukan oleh Ziaulhaque dalam bukunya”Revelation and revolution in Islam” menjelaskan bahawa ada tiga misi sosial kenabian menurut al-Quran, yakni: menyuarakan kebenaran, berjuang melawan kebathilan dan kezaliman, membangun masyarakat atas dasar persaudaraan, kebajikan, persamaan social, keadilan dan cinta kasih.

Dengan melihat kewibawaan Rasulullah SAW yang tidak hanya sebagai Rasul akan tetapi juga seorang pemimpin, beliau berhasil memimpin umat, yang meskipun didalamnya berbeda agama dan keyakinan, toleransi yang beliau ajarkan jauh lebih sempurna untuk diteladani, padahal beliau adalah orang yang telah pernah duduk di berbagai perguruan tinggi apalagi universitas, akan tetapi yang mewarnai tatanan kehidupan beliau dirasakan oleh semua orang. Dengan mencermati dan menggali karakteristik kepemimpinan Muhammad SAW, maka salah seorang ilmuan Barat, Stogdill mencoba memberikan persyaratan seorang pemimpin yang baik, antara lain:
1.      intelegence (cerdas, cermat, tepat dan memiliki daya mampu)
2.      scholarship (berpengetahuan luas karena latar belakang pendidikan dan pengalaman yang banyak)
3.      responsibility (mempunyai tanggung jawab)
4.      participation ( mampu berperan serta terhadap pelaksanaan setiap keputusan yang diambil)
5.      soscio economic status (memiliki status ekonomi yang lumayan baik).
Namun sayang tiori ini dikemukakan oleh ilmuan barat yang bukan Islam, sehingga banyak hal yang mesti ditambah, bila ia memimpin suatu masyarakat, bangsa dan negara yang manyoritas muslim, syarat yang pernah ditonjolkan Islam adalah: beriman, keunggulan mental, fisik, , jujur, intelektual dan beramal shaleh. Inilah harapan umat sejagat, melahirkan generasi-generasi yang mampu memimpin  manusia yang lain dengan menteledani apa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

D. Penutup.

Dari sekilas uraian yang dapat diketengahkan dalam makalah ini, perlu kita ambil beberapa hikmah untuk dijadikan pelajaran dan pemahaman:
1.                          Allah SWT telah menghendaki agar Rasulullah tumbuh sebagai seorang anak yatim dan jauh dari pendidikan ayah, ibu dan kakeknya.
2.                          Agar para penentang dakwah Islam tidak memiliki alasan untuk menghembuskan keragu-raguan ke dalam hati dan pikiran manusia bahwa ajaran yang disampaikan telah dipersiapkan semenjak ia kecil oleh ayah dan kakek beliau untuk memberinya kedudukan duniawi tertentu. Atau kenabian Muhammad itu telah sengaja dibentuk oleh kakek dan ayahnya sejak kecil untuk menempatkannya sebagai orang yang terpandang dimata manusia. Bila keyatiman itu tidak terjadi pada Rasulullah, niscaya dugaan seperti ini akan sangat beralasan.
3.                          Dibalik tragedi yang menimpa Muhammad SAW tersebut terdapat maksud untuk menjelaskan bahwa Allah telah mempersiapkan hamba dan Rasul-Nya Muhammad sejak dini untuk menerima wahyu dari-Nya.

1 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites