Senin, 31 Januari 2011

LANGKAH LANGKAH PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENGATASI KEKERASAN ( II )

Peranan Pndidik/Guru di Semua Lembaga Pendidikan.

Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab tersebut adalah kedua orang tua anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal; pertama karena kodrat, yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidik anaknya; kedua karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.
Pengembangan pendidikan Islam bukanlah pekerjaan sederhana, karena memelukan adanya perencanaan secara terpadu dan menyeluruh. Dalam hal ini perencanaan berfungsi membantu memfokuskan pada sasaran, pengalokasian dan kontinuitasnya. Dan sebagai suatu proses berpikir untuk menentukan apa yang akan dicapai, bagaimana mencapainya, siapa yang mengerjakannya dan kapan dilaksanakannya, maka perencanaan juga memerlukan adanya kejelasan terhadap masa depan yang akan dicapai maupun dihadapinya.
Untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan agama Islam sebagaimana yang digambarkan diatas, tentu perlu mengadakan konsep pendekatan. Pendekatan yang mesti dilakukan, menurut Malik Fadjar, ialah:
1. Macrocosmis (tinjauan makro), yakni pendidikan dianalisis dalam hubungannya dengan kerangka sosial yang lebih luas.
2. Microcosmis (tinjauan mikro), yakni pendidikan dianalisis sebagai satu kesatuan unit yang hidup dimana terdapat interaksi di dalam dirinya sendiri.

Dua pendekatan itu saling melengkapi terutama ditengah-tengah masyarakat yang semakin terbuka dan kompleks yang melahirkan interaksi dengan berbagai aspek kehidupan seperti sekarang ini. Dengan tetap bersandar kepada eksistensi keluarga, Ali Syaifullah menegaskan, keluarga sebagai lembaga masyarakat yang pertama dan utama, memerankan peranan yang dan dasar dalam pembinaan sikap positif terhadap hubungan antar manusia. Keluarga adalah lembaga pendidikan peletak dasar pembinaan konsepsi sikap tentang hubungan antara pribadi, golongan, suku, ras maupun bangsa-bangsa kepada anak semenjak usia muda.
Badan lembaga pendidikan sekolah demikian pula hendaknya di mana menggunakan mata pelajaran yang sekarang disebut dan dapat dimasukkan ke dalam kelompok “social study”, semaksimal dan se effektip mungkin dalam pembinaan tata hubungan antara suku, ras dan bangsa.
Seorang pendidik/guru dalam lembaga pendidikan agama dituntut untuk dapat sampai kepada suatu pemahaman Islam yang cukup dan tidak boleh jahil terhadap hukum-hukum ibadah, atau tinjauan Islam secara umum terhadap manusia tentang bagaimana hubungan manusia itu dengan khaliqnya dan sesama makhluk lainnya. Sebab bagaimana seorang pendidik mampu mengajak dan menyeru anak didik kepada suatu hal yang dia sendiri jahil dan tidak paham dengan didikannya.
Seorang pendidik dituntut untuk memiliki wawasan Islam yang aktual, yang diliput dari peristiwa-peristiwa kehidupan secara aktual, sehingga dia akan mengetahui ketimpangan yang ada di masyarakat dimana dia hidup di dalamnya, berbagai aturan dan undang-undang yang berlaku, mazhab apa yang dianut, faktor apa saja yang menggerakkan suatu perjalanan sistem, kegoncangan sistem sosial apa saja yang terjadi.
Oleh sebab itu, para pendidik/guru diharapkan bisa dan dapat mengetahui negerinya yang kecil itu tentang kepincangan-kepincangannya, jenis-jenis taklid yang bercokol, percekcokan dan faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya problema dan problema apa saja yang sedang terjadi dimasyarakat kita.
Dan dari sini juga bisa diambil hikmah bahwa seorang pendidik dan guru pada abad ini harus mempelajari :
1. Kenyataan yang terjadi di dunia Islam. Untuk mengetahui secara ringkas tentang krisis giografis, ekonomi, politik, penyebaran penduduk, sebab-sebab keterbelakangan dan perpecahannya.
2. Kekuatan musuh yang menantang, dalam hal ini tergambar pada tiga faktor musuh yang menakutkan yaitu; Yahudi Internasional, Salib Internasional dan Komunis yang tersebar di berbagai negara.
3. Adanya berbagai jenis anutan politik, seperti Komunis, Materialis, Kapitalis, Demokratis dan Diktator yang berbeda ragam dalam konsep dan pelaksanaannya.
4. Krisis pemikiran yang fundamental. Yakni bercokolnya sekularisme di dunia Islam. Misalnya liberalisme dan nasionalisme.
5. Firqah-firqah yang saling berpecah-belah.

Dalam literatur yang ditulis oleh ahli pendidikan Islam, tugas guru/pendidik ternyata bercampur dengan syarat dan sifat guru/pendidik. Ada beberapa pernyataan tentang tugas guru yang dapat disebutkan, yang diambil dari dari penulis muslim tentang syarat dan tugas guru, misalnya Al-Abrasyi :
1. Guru harus mengetahui karakter murid.
2. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya, baik dalam bidang yang diajarkannya maupun dalam cara mengajarkannya
3. Guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat berlawanan dengan ilmu yang diajarkannya.

Dengan memperhatikan syarat seorang pendidik yang dikemukakan tersebut, diharapkan para pendidik/guru mampu melaksanakan tugas sebaik-baiknya, demi untuk kelanjutan pendidikan agama Islam, hari ini dan untuk masa yang akan datang.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites