Jumat, 28 Januari 2011

LANGKAH LANGKAH PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENGATASI KEKERASAN ( I )

.Pendekatan Pendidikan Islam Terhadap Masyarakat.
Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah tiori. Isi ilmu bumi adalah tiori tentang bumi, dan lain sebagainya, tetapi apakah isi ilmu hanya kumpulan tiori? Secara esensial memang demikian, tetapi secara lenkap isi suatu ilmu bukanlah hanya tiori. Isi lainya ialah penjelasan tentang tiori itu serta kadang-kadang ada juga data yang mendukung penjelasan itu.
Umat Islam mengakui dan meyakini bahwa kehidupan tidak dapat diserahkan kepada kemampuan akal, atau kepada kemauan manusia, baik manusia secara pribadi ataupun manusia dalam arti keseluruhan manusia. Dalam hal ini pandangan umat Islam bertentangan dengan humanisme yang mengajarkan bahwa akal manusia telah mencukupi untuk mengatur dunia dan kehidupan manusia, karena itu agama tidak diperlukan.
Berangkat dari uraian diatas, seorang ilmuan muslim dari India wahiduddin Khan, mengemukakan bahwa fakta-fakta yang dalam dunia ilmu disebut fakta-fakta observed, pada kenyataannya bukan fakta-fakta yang benar-benar telah di observasi. Akan tetapi merupakan tafsiran-tafsiran dari beberapa observasi. Sebab observasi dan pengamatan manusia tidak dapat disebut sempurna. Oleh karena itu, semua tafsiran ini disebut sekundair (tambahan), yang mungkin dapat berubah melalui perkembangan pengamatan.
Demikian pula halnya dengan pendekatan pendidikan agama Islam kepada masyarakat, mungkin selama ini pendidikan agama hanya dikenal umat Islam di sekolah formal. Akan tetapi lahan pendidikan agama sangat luas dan terbuka. Namun mungkin cara ataupun sistem penerapan secara operasionalnya perlu mendapat perhatian. Sebagai anggota masyarakatpun mereka mesti sadar bahwa perlunya mereka mendapat bimbingan pendidikan yang bisa membuat mereka dapat melakukan berbagai pendekatan yang tidak hanya kepada Allah akan tetapi juga kerukunan hidup bermasyarakat.
Perlu disadari bahwa apapun bentuk aktivitas seorang muslim yang berbau kegiatan keagamaan, itu merupakan upaya pendekatan dalam memahami Islam sebagai agama yang mereka yakini, tentu kegiatan yang lebih akrab dilaksanakan adalah, pengajian Majlis Taklim, pengajian antara Magrib dengan Isya dan pengajian antar RT di tempat mereka tinggal. Namun dalam pengajian tersebut, sangat minim diadakan dialog atau tanya jawab, sehingga komunikasi yang dilakukan hanya bersifat satu arah atau disebut juga komunikasi yang fasif. Karena masyarakat hanya mendengar dan menerima apa yang disampaikan oleh ustaz, ataupun buya. Padahal dalam pengajian tersebut lebih bagus dan lebih baik di adakan tanya jawab, sehingga setiap ada persoalan yang dinilai sensitif oleh umat Islam cepat dipahami. Umpamanya dengan kasus bom bunuh diri yang dilakukan oleh gerakan terorisme.
Sebagai anggota masyarakat yang memahami ajaran Islam, tentu tidak mudah menerima paham teroris, sebagai salah satu ajaran Islam yang disebut dengan jihad. Karena antara jihad dan terorisme memiliki pengertian yang sangat berbeda. Terorisme yang kegiatannya dipropakasi oleh ketidak senangan individu yang kemudian mereka hidup berkelompok melakukan ancaman dengan maksud untuk mencapai sasaran yang mereka inginkan. Sedangkan jihad merupakan sebauah ajaran yang sangat tinggi dan mulia kedudukan dalam Islam.
Adanya penyelewengan dalam memahami agama, juga berdanfak negatif bagi para penganutnya. Yang pada akhirnya membuat ia lari dari keyakinan tersebut. Hal itu dikarenakan ia tidak menemukan apa yang ia cari, dan apa yang harus diperbuat. Karenanya manusia bisa saja tidak beragama, yang di sebabkan oleh :
1. Rasa agama yang ada pada diri manusia itu tidak dibina atau dikembangkan.
2. Terjadi penyelewengan karena proses sejarah.
3. Menutup kebenaran karena faktor-faktor tertentu.
4. Ragu tengah berpikir.
5. Karena lingkungan.
6. Karena ulah orang-orang yang beragama sendiri.

Pada diri manusia itu ada beberapa rasa, salah satu diantaranya ialah rasa agama. Rasa-rasa tersebut pada mulanya hanyalah merupakan potensi-potensi saja. Mereka baru akan menampakkan diri apabila sudah dibina atau dikembangkan dengan baik. Pembinaan atau pengembangannya itu dilakukan dengan pendidikan. Buya Hamka dalam bukunya “ Pelajaran Agama Islam” mengatakan: setelah kita tinjau perkembangan hidup manusia dan perkembangan caranya berpikir, sejak dari zaman sangat sederhana (primitif) sampai dia meningkat bermasyarakat, nyatalah sudah bahwa pokok asli pendapatnya ialah tentang adanya yang Maha Kuasa dan Maha Gaib. Ini perasaan yang semurni-murninya dalam jiwa manusia.
Oleh sebab itu, potensi manusia yang lengkap memerlukan pengelolaan yang sungguh-sungguh dengan mengembangkan proses perenungan dan penghayatan yang melahirkan kesadaran akan eksistensi dirinya sebagai makhluk yang mulia dan eksistensi Allah sebagai Tuhan Zat Yang Maha Kuasa. Pengingkaran, pengabaian, dan penyalasgunaan potensi kemanusiaan menjatuhkan martabat manusia ke lembah kehinaan.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites